Selasa, 03 Agustus 2010

Kecanduan Pornografi Sebabkan Penyusutan Jaringan Otak

Jakarta - Pornografi ternyata menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi jaringan otak.

Jika pornografi dikonsumsi secara terus-menerus, akan menyebabkan ­terjadinya penyusutan jaringan otak. Hal ini bisa terjadi bagi siapa saja, tapi khususnya bagi anak-anak.
“Pornografi yang terjadi berulang kali akan menimbulkan ‘kecanduan’ pada diri ‘penikmatnya’, dan ini berakibat terganggu­nya fungsi otak lantaran terjadinya penyusutan jaringan otak si penderita,” tutur Kresno Mulyadi, ­psikiater anak yang membuka praktik di Tangerang Selatan, Banten, ketika dihubungi SH, Rabu (16/6) pagi.
Sebelumnya, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno mengungkapkan bahwa dampak pornografi pada anak jauh lebih berbahaya dibandingkan mengonsumsi narkoba. Pernyataan ini dilontarkan Hadi menyusul maraknya anak-anak yang menyaksikan video porno mirip artis yang beredar selama hampir dua pekan belakangan.
Pernyataan Hadi itu juga diamini oleh Kresno walaupun tidak sederhana seperti itu. Berdasarkan ilmu kejiwaan, akibat pengecilan jaringan otak, neurotransmitter, yakni zat kimia yang berperan me­ngatur lalu-lalang impuls, akan mengalami tata kerja yang kacau-balau.
“Yang jelas, keduanya memiliki dampak yang dahsyat untuk merusak jaringan otak. Memang bisa saja pornografi lebih destruktif dibanding jenis narkoba tertentu, misalnya kokain. Namun untuk jenis narkotika tertentu lainnya, bisa terjadi sebaliknya,” terang Kresno.
Selain itu, pornografi akan berdampak pada merosotnya kemampuan pengendalian diri, yang berujung pada perubahan ­perilaku yang merugikan penderitanya. Menurut Kresno, untuk menyembuhkan seseorang yang mengalami preokupasi (keterpakuan yang berlebihan) terhadap pornografi, maupun gangguan obsesi kompulsif yang membuat seseorang mengalami kesulitan melepaskan diri dari kecanduan pada pornografi, haruslah diterapi.
“Dengan psikoterapi suportif, disertai terapi keluarga dan lingkung­an, dan tentu saja terapi spiritualitas, yang dilakukan secara dini, intensif, dan terpadu, diharapkan gangguan tersebut dapat diatasi dengan baik” pungkas Kresno.

Pengawasan Lemah
Sementara itu, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Pediatri Sosial Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Soedjatmiko yang ditemui di Jakarta, Rabu (16/6), mengatakan bahwa dalam menghadapi maraknya video porno mirip artis belakangan ini, peran orang tua harus lebih dimaksimalkan lagi. Orang tua jangan hanya sebatas menjadi ayah dan ibu belaka, tapi harus dapat menjadi teman, sahabat, bahkan menjadi tempat curahan hati (curhat) para anak dan remaja.
Menurut Soedjatmiko, mudahnya anak-anak mengakses video porno karena lemahnya sistem ­pengawasan yang dilakukan orang tua. Orang tua jangan menjadi orang yang egois dalam menerapkan ­disi­plin kepada anak. Jangan sampai ketika menyuruh anak mematikan televisi untuk belajar, justru orang tua yang menonton televisi.
Selain itu, orang dewasa seharusnya memberikan pemahaman akan teknologi, khususnya internet. Tidak bisa dimungkiri bahwa hampir semua anak dapat mengakses pornografi melalui ­telepon genggam yang dimilikinya.
Harus dipahami bahwa anak-anak merupakan peniru ulung, ­terlebih lagi bila pesan yang anak-anak terima terus-menerus diulang. Oleh sebab itu, orang tua harus memberikan pemahaman yang tepat mengenai pornografi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar